Pages

22.3.13

fiksi seratus kata #2

Pelayan menyodorkan secarik kertas dengan tulisan tangan yang sangat dikenalnya:

kangen ngobrol...

Seketika ingatan lama menyeruak. Tentang obrolan telepon hingga larut. Obrolan tidak penting yang saat itu terasa sangat penting. Yang memendekkan jarak menjadi hanya sejauh jantung dan gagang telepon dalam genggaman.

Puteri mendapati sosok penulisnya. Tersenyum ke arahnya dengan tatapan meminta jawaban.

Cukup satu anggukan dan mereka bisa meninggalkan restoran ini, menuju masa lalu. Mereka bisa mengobrol lagi. Mungkin tentang mengapa baru sekarang dia menemukannya. Padahal dulu, Puteri tak pernah hilang dari hidupnya.

Puteri menggeleng pelan. Di kejauhan, senyum itu memudar diikuti anggukan lemah.

Puteri yakin, dia pasti mengerti.

3 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. jadi mereka dulu LDR, belum sempat ketemu. dan ketemu lagi di cafe gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa juga begitu..
      tapi asli nya, saya membayangkan, tadi nya mereka cuma teman yang sama-sama ga pernah berani ngomongin soal hati
      :)

      Delete